Media Sosial Jadi Pintu Masuk Child Grooming

Media Sosial Jadi Pintu Masuk Child Grooming

Media sosial sekarang sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari, nggak cuma buat orang dewasa, tapi juga anak-anak. Tapi, meski banyak manfaatnya, media sosial juga punya sisi gelap yang bisa berbahaya, terutama buat anak-anak dan remaja. Salah satu risikonya adalah child grooming, di mana pelaku memanfaatkan media sosial untuk mendekati dan mengeksploitasi anak-anak secara seksual dan emosional. Ada beberapa hal yang bikin media sosial jadi tempat yang rawan buat pelaku grooming bergerak.

1. Pelaku Mendekati Anak Lewat Media Sosial

Menurut Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Farraas Afiefah Muhdiar, banyak kasus grooming dimulai dari dunia online. Pelaku biasanya kenalan dulu lewat aplikasi media sosial, lalu pelan-pelan mendekati anak-anak. “Biasanya memang awalnya lewat online, karena belum kenal kan. Itu yang sering kejadian,” ujar Farraas saat diwawancarai Kompas.com.

Pelaku mulai dengan perhatian-perhatian kecil lewat pesan pribadi yang kelihatannya nggak berbahaya. Lama-kelamaan, hubungan itu berkembang sampai anak mulai percaya. Setelah kepercayaan terbangun, pelaku mulai meminta hal-hal yang nggak wajar, seperti foto pribadi atau informasi sensitif. Anak yang merasa diterima dan disayangi, akhirnya memenuhi permintaan pelaku seakan itu keinginan mereka sendiri. “Kadang-kadang itu bisa bikin anak merasa ‘mau’ tanpa sadar itu manipulasi,” jelas Farraas.

2. Anak yang Mencari Kenyamanan di Dunia Maya

Banyak anak yang merasa nggak diterima atau nggak nyaman di dunia nyata, akhirnya lari ke media sosial untuk merasa lebih baik. Di sana, mereka bisa menciptakan identitas lain atau pura-pura jadi orang lain. Farraas menceritakan, “Ada klien saya yang di medsos sengaja pakai baju yang lebih dewasa, karena dia suka dipuji.” Hal-hal seperti ini bikin anak lebih rentan, karena pelaku grooming bisa masuk dengan memberikan perhatian dan validasi yang mereka cari.