Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengingatkan bahwa banjir bukan hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga bisa menimbulkan masalah kesehatan yang sering kali terlewatkan. Menurutnya, banjir dapat meningkatkan risiko wabah penyakit dalam jangka panjang, bukan hanya saat banjir terjadi, tetapi juga setelah air surut. Genangan air dan lumpur yang tertinggal bisa menjadi sarang bagi bakteri, virus, dan parasit berkembang biak. Selain itu, air tanah yang terkontaminasi oleh tinja atau bahan kimia berbahaya dari limbah industri, seperti logam berat termasuk merkuri, timbal, dan arsenik, juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
“Banjir bisa menyebabkan gangguan serius seperti masalah saraf, kanker, atau paparan bahan kimia berbahaya seperti rumah tangga, pestisida, detergen, oli, yang dapat mencemari air tanah dan menyebabkan iritasi kulit serta gangguan pencernaan,” ujar Dicky kepada detikcom. “Selain itu, jika rumah sakit atau puskesmas terkena banjir, limbah medis yang terbawa bisa membawa patogen berbahaya termasuk virus hepatitis.”
Dicky juga menyoroti potensi peningkatan populasi tikus dan nyamuk beberapa minggu setelah banjir, yang bisa meningkatkan risiko penyakit. Fase pemulihan pasca banjir ini sebenarnya lebih berbahaya bagi kesehatan jika tidak ditangani dengan baik. Banjir tidak hanya bisa menyebabkan penyakit menular, tetapi juga bisa memicu penyakit tidak menular seperti stres, kelelahan fisik, dan kurang tidur selama evakuasi atau di pengungsian. Makanan dan air minum yang terpapar banjir juga berisiko terkontaminasi, sehingga perlu dihindari.