Orang tua harus waspada jika anak mengalami gejala napas cepat. Karena ini bisa jadi tanda pneumonia atau masalah paru-paru lainnya. Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof dr Hartono Gunardi, SpA(K), menjelaskan cara menghitung frekuensi napas anak untuk mendeteksi potensi pneumonia. “Untuk bayi, hitung nafas per menit. Di bawah dua bulan 60 kali, dua bulan sampai 12 bulan 50 kali,” ujarnya di Jakarta Selatan.
“Satu tahun sampai lima tahun 40 kali, di atas lima tahun 30 kali,” tambahnya. Prof Hartono menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mengukur napas bayi karena fluktuasinya. Orang tua juga harus perhatikan tarikan dinding dada yang tidak biasa, bisa jadi tanda sesak napas.
“Napasnya cepat, seperti orang lari. Beda dengan napas biasa,” tambahnya. Selain napas cepat, orang tua harus waspada jika anak demam dan batuk. Gejala ini perlu dicurigai lebih lanjut, terutama jika disertai napas cepat.