Kebosanan adalah hal yang pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Saat itu terjadi, mungkin kita merasa kehilangan minat atau kurangnya rangsangan mental. Hal ini bisa membuat waktu terasa lambat dan membuat kita merasa gelisah. Menurut Science Alert, otak kita akan mengaktifkan jaringan tertentu ketika merasa bosan. Misalnya, saat menonton film, otak akan memprioritaskan rangsangan yang relevan sambil menyaring gangguan. Namun, seiring berjalannya waktu, fokus kita bisa mulai menurun.
Jika aktivitas di film tidak lagi menarik, jaringan perhatian otak kita juga akan berkurang. Hal ini ditandai dengan menurunnya fokus kita. Selain itu, jaringan kontrol eksekutif dalam otak juga akan mengalami penurunan aktivitas. Otak kita berjuang untuk tetap terlibat dalam sesuatu yang tidak menarik, sehingga jaringan mode default otak pun menjadi aktif. Ini adalah cara otak kita merespons kebosanan dengan ‘berpaling ke diri’.
Jaringan ini aktif ketika kita merasa bosan dan perhatian kita terhadap dunia luar mulai menurun. Sebagai gantinya, kita mulai ‘berpaling ke diri’ dengan melamun, mengingat masa lalu, memikirkan masa depan, dan merenungkan perasaan sendiri. Hal ini disebut sebagai ‘introspeksi’, cara alami otak kita untuk mengisi kekosongan saat tidak ada hal menarik di sekitar.
Menurut peneliti kesehatan mental remaja dari University of the Sunshine Coast, Michelle Kennedy dan profesor kesehatan mental & neurologi remaja, Daniel Hermens, kehidupan masyarakat masa kini sering kali dipenuhi dengan paparan informasi berlebih dan tingkat stres yang tinggi. Hal ini diperparah dengan banyaknya aktivitas yang harus dilakukan manusia agar tetap ‘sibuk’.