Benarkah Rasa Bosan Ternyata Bagus untuk Otak

Benarkah Rasa Bosan Ternyata Bagus untuk Otak?

Kennedy dan Hermens menekankan pentingnya menyeimbangkan kehidupan dengan lebih baik. Mereka mengatakan bahwa stimulasi yang terus menerus dapat merugikan sistem saraf kita. Jadwal yang terlalu padat bisa memicu stimulasi berlebihan pada sistem saraf, seperti sistem saraf simpatik yang mengatur respons ‘fight or flight’ saat menghadapi stres.

Pekerjaan dan informasi yang berlimpah bisa membuat sistem saraf simpatik terlalu aktif, menyebabkan allocastic overload, kondisi di mana sistem saraf kita terlalu terbebani dan meningkatkan risiko kecemasan. “Menghilangkan rasa bosan justru membuat kita kehilangan cara alami dan sederhana untuk mereset ulang sistem saraf simpatik,” tambah mereka.

Dalam dosis kecil, kebosanan sebenarnya bisa menjadi penyeimbang yang dibutuhkan otak kita karena terlalu terstimulasi. Kennedy dan Hermens juga mengungkapkan beberapa manfaat kebosanan bagi otak kita, antara lain:

  1. Meningkatkan kreativitas dan membangun ‘aliran’ dalam pikiran.
  2. Mengembangkan kemandirian dalam berpikir dan mendorong kita untuk menemukan minat lain.
  3. Meningkatkan harga diri dan regulasi emosi, karena waktu yang tidak terstruktur membantu kita menghadapi perasaan diri dan penting untuk pengelolaan kecemasan.
  4. Memperbanyak waktu tanpa menggunakan gadget dan memutus siklus kepuasan instan, sehingga bisa mengurangi penggunaan gadget secara kompulsif.
  5. Menyeimbangkan kembali sistem saraf dan mengurangi rangsangan sensorik untuk menenangkan kecemasan.

Jadi, meskipun terkadang kebosanan bisa membuat kita merasa tidak nyaman, sebenarnya hal itu memiliki manfaat positif bagi otak kita. Jadi, jangan takut untuk sesekali merasakan kebosanan dan memberikan waktu bagi otak kita untuk ‘mereset’ diri.