Tidak hanya perokok yang berisiko mengalami masalah kesehatan akibat residu dan bahan kimia pada rokok. Anak-anak yang terpapar asap rokok dan berinteraksi dengan perokok juga berisiko terkena dampaknya. Dampak rokok pada balita, salah satunya yaitu mengganggu perkembangan neurologisnya.
Dalam sebuah artikel yang berjudul “Asap Rokok Ganggu Tumbuh Kembang Anak” yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama menjelaskan bahwa balita yang menjadi perokok pasif, yaitu menghirup asap rokok secara langsung ataupun residu rokok yang tertempel pada benda-benda, rentan mengalami gangguan tumbuh kembang.
Ngabila menyebutkan bahwa terdapat sepuluh aspek perkembangan neurologis balita yang terdampak rokok. Mulai dari motorik kasar, motorik halus, kemampuan kognitif atau berpikir, IQ, bahasa, konsentrasi, ADHD atau autis, attention deficit hyperactivity disorder, gangguan pendengaran, gangguan pemusatan konsentrasi, gangguan beradaptasi terhadap lingkungan, perawakan yang lebih pendek, serta badan yang lebih kurus.
Menurut Ngabila, residu atau asap rokok juga dapat memicu reaksi pada anak yang hipersensitif atau memiliki bakat asma dalam hitungan jam atau bahkan hari. Hal ini dapat menyebabkan batuk pilek, ISPA, dan menurunkan imunitas anak.