Alasan Kandungan Protein Daging Lebih Tinggi Dibandingkan Sayuran

Alasan Kandungan Protein Daging Lebih Tinggi Dibandingkan Sayuran

Protein nabati, di sisi lain, sering kekurangan satu atau lebih asam amino esensial ini. Tubuh manusia juga memproses protein nabati dan hewani secara berbeda. Protein hewani lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh karena tidak mengandung bahan-bahan yang sulit dicerna seperti serat.

Pada tahun 1993, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS dan Organisasi Kesehatan Dunia mengembangkan skala untuk mengukur berbagai sumber protein berdasarkan komposisi asam amino dan bioavailabilitas keseluruhan. Skala tersebut, yang disebut Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS), memberikan skor antara 0 dan 1, dimana 1 menunjukkan kualitas protein tinggi dan 0 menunjukkan rendah.

Menurut skor PDCAAS, daging sapi dan telur memiliki skor antara 0,9 dan 1, kacang hitam mendapat skor 0,75, dan kacang tanah mendapat skor 0,52. Namun, kedelai, bahan dasar produk seperti tahu dan tempe, memperoleh skor nabati tertinggi sebesar 0,92. Perbedaan ini membuat sulit untuk membandingkan produk hewani dan nabati secara langsung berdasarkan total proteinnya saja.

Meskipun protein hewani memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, lengkap asam aminonya, dan mudah dicerna, sains nutrisi masih memiliki kesempatan untuk membuat protein nabati lebih efisien. Dalam pola makan vegetarian atau vegan, orang-orang dapat mengombinasikan beberapa makanan nabati yang mengandung protein tidak lengkap untuk memenuhi ke-9 asam amino esensial.

Namun, fokus hanya pada protein bukanlah strategi yang baik. Tubuh manusia memerlukan beragam jenis makanan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi harian secara konsisten. Protein bekerja lebih baik jika dikonsumsi bersama dengan karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang cukup. Jadi, meskipun protein hewani memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi, tapi masih ada peluang untuk membuat protein nabati lebih efisien.