Sebuah penelitian terbaru telah mengungkap rahasia genetika dari bangsa Maya kuno, menelusuri akar leluhur dan pergeseran populasi mereka yang turut memengaruhi kebangkitan dan kejatuhan salah satu peradaban paling maju di dunia. Peradaban Maya, dengan kota-kota megahnya, keahlian astronomi, dan sistem tulisan yang kompleks, telah menjadi sorotan dalam dunia arkeologi. Melalui studi genetika terbaru yang diterbitkan di jurnal Current Biology, para ilmuwan berhasil melacak jejak DNA purba dari tujuh individu yang tinggal di kota Copán pada masa kejayaannya—salah satu pusat penting dari Peradaban Maya Klasik yang terletak di Honduras.
Mengkaji DNA purba di daerah tropis seperti Mesoamerika bukanlah hal yang mudah. Iklim panas dan lembap dapat mempercepat degradasi material genetik. Namun, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Shigeki Nakagome dari Trinity College Dublin berhasil mengatasi tantangan tersebut. “Saya selalu tertarik pada asal-usul manusia—dari mana mereka berasal, bagaimana mereka bermigrasi dan berinteraksi, serta bagaimana budaya mereka berevolusi,” kata Dr. Nakagome. “Peradaban Maya memiliki sejarah yang sangat kaya, namun masih banyak misteri tentang leluhur mereka yang belum terpecahkan. Dengan pendekatan genomik kuno, kami berusaha untuk melengkapi bagian-bagian yang hilang dari cerita mereka.”
Salah satu temuan yang mengejutkan adalah adanya jejak DNA yang berasal dari dataran tinggi Meksiko dalam sampel-sampel dari Copán. Hal ini menunjukkan adanya aliran genetik dan interaksi budaya yang dinamis antara wilayah Maya dan daerah lain di Mesoamerika. Temuan ini menegaskan bahwa pembangunan peradaban Maya kuno tidak hanya terjadi secara lokal, tetapi juga melibatkan pertukaran genetik dan budaya lintas wilayah.