Asal Usul Genetik dan Runtuhnya Peradaban Maya Melalui DNA

Asal Usul Genetik dan Runtuhnya Peradaban Maya Melalui DNA

Peradaban Maya mencapai puncaknya sekitar tahun 250 hingga 900 Masehi, meliputi wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Meksiko tenggara, Guatemala, Belize, Honduras, dan El Salvador. Namun, ketika peradaban ini mulai runtuh—suatu proses yang masih menjadi misteri hingga saat ini—data genetika menunjukkan penurunan jumlah populasi yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa keruntuhan Maya tidak hanya disebabkan oleh faktor politik atau lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada demografi masyarakat mereka.

Dalam konteks dunia modern yang semakin rentan terhadap perubahan iklim, memahami bagaimana masyarakat kuno merespons tekanan lingkungan menjadi sangat relevan. Apakah mereka bertahan, beradaptasi, atau mengalami kolaps? “Dengan mempelajari asal-usul genetik dan dinamika populasi Maya kuno, kita dapat belajar banyak tentang bagaimana tekanan lingkungan dapat mempengaruhi struktur sosial dan sejarah suatu bangsa,” ungkap Dr. Nakagome. Studi ini memberikan wawasan penting tidak hanya bagi bidang antropologi dan arkeologi, tetapi juga bagi pemahaman kita tentang keragaman dan evolusi manusia.

Kedepannya, para peneliti berencana untuk menganalisis lebih banyak DNA purba dari berbagai kota Maya Klasik lainnya. Dengan memperluas sampel dan mengintegrasikan data genetika dengan temuan arkeologis serta bukti lingkungan, mereka berharap dapat menyusun gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana peradaban Maya berkembang dan runtuh. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Nakagome: “Penelitian ini merupakan tambahan penting dalam mozaik sejarah manusia. Ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kita sebagai spesies berevolusi dan beradaptasi.”