Ada beberapa faktor lain yang mungkin berperan, seperti jenis kelamin, genetik, pola makan, aktivitas fisik, paparan sinar matahari, merokok, atau konsumsi alkohol. Namun, semua faktor ini tidak berdampak pada hasil penelitian. Penelitian juga menemukan bahwa tubuh kita bereaksi berbeda terhadap cahaya, dengan beberapa orang butuh intensitas cahaya yang berbeda untuk mengatur ritme sirkadian.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak memperhitungkan waktu makan, yang bisa memengaruhi ritme sirkadian dan toleransi glukosa. Faktor sosial ekonomi juga hanya diperhitungkan pada tingkat regional, bukan individu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana cahaya di malam hari memengaruhi ritme sirkadian dan kesehatan metabolisme tubuh kita.
Jadi, jaga diri kita dari paparan cahaya terang di malam hari ya, agar risiko diabetes tipe 2 bisa dikurangi. Semoga penelitian lebih lanjut bisa memberikan jawaban yang lebih pasti tentang dampak cahaya buatan terhadap kesehatan kita.